Senin, Maret 23, 2009

SIWALIMA-UNHAS Harus Menjadi Pelopor



ditulis oleh Rus'an Latuconsina

Sudah banyak organisasi kaum muda yang berbasis identitas Maluku sejak beberapa dekade lalu sampai sekarang. Jauh sebelum kemerdekaan, kaum muda Maluku pernah punya Djong Ambon. Saat ini organisasi Kemahasiswaan/Kepemudaan Maluku (OKKM) bertebaran di beberapa kota besar di Indonesia seperti Makassar, Yogyakarta, Malang, surabaya Jakarta dan Ambon. Bahkan beberapa tahun lalu telah dibentuk OKKM tingkat nasional yang bernama Simpul Gerakan Mahasiswa Maluku seluruh Indonesia (SGMMI). Banyaknya kaum muda Maluku dengan organisasinya ini adalah sebuah potensi besar yang positif bagi Maluku dan pembangunan bangsa secara umum.

SGMMI sebagai payung gerakan mahasiswa Maluku seluruh Indonesia dengan kenyataan yang sangat memprihatinkan sekarang ini patut untuk direfleksikan bersama. Ketika SGMMI yang baru lahir itu dibiarkan mati suri saja maka mubazirlah pondasi awal yang telah ditanam oleh para pendirinya. Semestinya simpul nasional itu dihidupkan kembali agar bisa mewadahi, mengkanalisasi, menyatukan dan mendinamisir gerakan mahasiswa Maluku.

Wadah tingkat nasional sangat strategis dalam menyatukan ide dan sikap disamping sebagai kanal aktualisasi potensi besar yang progresif dari mahasiswa Maluku yang plural dan tersebar di setiap langgam pergerakan. Dinamika memerlukan katalisator yang terbentuk secara sistematis dalam bentuk organisasi. Di balik idealitas proyeksi itu, SGMMI kini tengah mati suri dan tidak jelas. Kenyataan ini adalah pil pahit gerakan mahasiswa maluku, terlebih mahasiswa yang sadar sebagai agent of social control and change.

SIWALIMA-UNHAS harus bercermin dari kegagalan SGMMI dalam mendinamisir dirinya. Jangan hanya karena perebutan posisi jabatan di struktur mengakibatkan friksi dan polarisasi antar warga serikat. Hal ini harus diupayakan sepreventif mungkin secara sistematis mengakomodir semua libido jabatan yang ada dengan mengkanalisasikannya lewat penyamarataan status pimpinan sehingga menghilangkan hak istimewa jabatan yang paling tinggi. SIWALIMA-UNHAS yang menerapkan model struktur Dewan Presidium tanpa jabatan ketua umum diharapkan lebih bersifat partisipatif, nuansa egalitarian sensing lebih kuat dan memiliki kepercayaan diri yang sama tinggi antar sesama pejabat divisi. Langkah yang ditempuh ini semoga menjadi langkah awal mendeterminasikan pola yang sama pada jejaring antar presidium kota dan jejaring nasional antar kota yang direncanakan.

Sudah saatnya dibangun struktur baru yang lebih egaliter untuk menghimpun dalam satu kota organisasi-organisasi mahasiswa Maluku di kota-kota besar di Indonesia sebelum kemudian membangun satu jejaring antar kota dengan model struktur yang lebih egaliter tanpa hubungan hierarkhis yang 'elitis'. Sudah tentu tanpa ketua umum karena jabatan ketua umum hanya menjadi rebutan yang memuakkan. Ujung-ujungnya menciptakan kultur lembaga yang tidak sehat.

Membaca kondisi kekinian atas mandeknya SGMMI dan vakumnya ruang aktualisasi dalam kesatuan mahasiswa Maluku pada kota Makassar secara khususnya, maka SIWALIMA-UNHAS harus mengambil peran sebagai pelopor di kota Makassar dengan mendorong secara proaktif terbentuknya sebuah Presidium Kota Serikat Mahasiswa Maluku se-Kota Makassar untuk mendinamisir dan menyatukan ide dan sikap gerakan mahasiswa Maluku se-Kota Makassar. Langkah ini diharapkan memancing sikap positif kawan-kawan mahasiswa Maluku yang ada untuk kembali merefleksikan eksistensi kelembagaannya di tengah tuntutan peran kemahasiswaan masa kini dan masa depan. Tidak sebatas refleksi, namun langkah nyata haruslah terjadi.

Salam Siwalima!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar