Kamis, April 02, 2009

Kerja Organisasi, Kerja Sejarah

ditulis oleh Rus'an Latuconsina

Kita mengenal dalam pelajaran sejarah yang kita pekuri dan tekuni semenjak sekolah dasar sampai kini berderet-deret nama organisasi pergerakan yang bergerak demi cita-cita kemerdekaan terlepas dari belenggu penjajahan. Sebut saja Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Indonesische Vereeniging dan lain-lain. Mereka bergerak dengan mengikatkan diri kedalam satuan organisasi sebagai alat perjuangan bersama. Organisasi beserta aktivitas sosial kultural maupun sosial politik itulah dalam etape masa kehidupan peradaban kemanusiaan telah memosilkan jejaknya sebagai penoreh tinta sejarah.

Organisasi tempat beberapa orang menserikatkan dirinya dengan konsensus administratif dan ideologis tertentu memproyeksikan sebuah cita-cita ideal yang akan diperjuangkan untuk dicapai. Konsensus administratif berupa persyaratan yang dijadikan kesepakatan bersama mengenai prasyarat legalitas keanggotaan dengan rasionalitas internal tertentu dipayungi logika ideeologi sebagai pencandra realitas yang tengah dan akan digelutinya. Organisasi berarti berserikat bersama dengan kesalingpengertian atau kesadaran yang dikelola demi proyek pembacaan kekinian dan kemasadepanan.

Imam Ali kw. mengatakan dalam Nahjul Balaghah "Kebenaran yang tidak terorganisir dapat ditumpas oleh kebatilan yang terorganisir". Hal ini menggambarkan pentingnya organisasi ketika menerjuni kawah dinamika ekstremitas sosial yang zalim. Hidup pada zaman yang tak seimbang ini dimana kekuatan eksploitatif "unvisible man" Neoliberalisme selalu menggerogoti kehidupan manusia, mulai aspek ekonomi dan politik sampai kepada aspek budaya, lingkungan dan religiusitas. Sosok 'abstrak' Neoliberalisme ini adalah representasi kekuatan ekonomi pemilik kartel-kartel dagang besar skala global (Transnational Coorporations/ Multinational Coorporations) dengan bekingan World Bank, International Monetary Fund, Asian Development Bank dan lain-lain yang mengendusi secara hegemonik negara-negara Dunia Ketiga (termasuk Indonesia) melalui permainan utang luar negeri. Utang luar negeri ini membuat negara kita sangat tergantung dan kemudian diintervensi secara politik. Sudah banyak akibat buruk dari ketergantungan dan pola hubungan yang tidak seimbang antara negara-negara kaya (sentral/utara) dengan negara-negara miskin/berkembang (periferi/selatan) ini.

Sebagai kaum muda Muslim tentunya ada dua hala yang relevan dalam konteks di atas. Pertama adalah sebagai kaum muda (mahasiswa) tentunya mesti memiliki kepekaan (respek) sosial sebagai kaum cendekiawan organik ketika melihat ketidakseimbangan tata kehidupan di depan mata. Ketidakseimbangan ini telah nyata membawa implikasi ketidakadilan. Sebagai agent of social control and change, mahasiswa tak lepas dari peran perlawanan untuk menentang agenda-agenda Neoliberalisme. Bahkan sebagai Muslim, belum sempurna keberislaman sesorang sebelum mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Rasulullah Saw meneladani dengan wacana dan aksi sekaligus, bagaimana menyikapi ketidakadilan. Perlawanan terhadap ketidakadilan dilakukan dengan segenap kekuatan (power) yang dimiliki. Sementara organisasi adalah alat untuk merakit power tersebut.

Kita mengenal Hatta, Sukarno, Tan Malaka, Sjahrir, Haji Agussalim, Natsir, Malcolm X, Sayyid Quthb, Che Guevara, Mao Tse Tung, Lenin, Gerakan Zapatista dan bahkan Rasulullah Muhammad Saw, mereka adalah pelaku-pelaku sejarah yang bergerak dengan mengorganisirkan kekuatan pendobrak sejarah yang tengah mapan (Status Quo). Mereka bergerak terlebih dahulu dengan internalisasi nilai-nilai ideologi yang dipakai memandu jalannya perjuangan. Rasulullah saw terlebih dahulu menanamkan kesadaran aqidah Tauhid kepada kaum muslimin. Setelah pondasi ideologis ini kuat, barulah obor revolusi disuluh sampai membakar habis kemungkaran dan ketidakadilan.

Organisasi hanyalah tempat kita berproses. Ibarat kafilah di tanduk sahara, kita singgah sebentar saja untuk menyegarkan dahaga dalam perjalanan panjang menuju keridhaan pemilik langit, pemilik bumi, pemilik waktu, pemilik sejarah, pemilik eksistensi dan pemilik segala wujud ini, Allah swt. Organisasi tempat kita belajar sebentar saja. Saling berbagi, belajar, nasihat-menasihati untuk konsistensi pada kebenaran dan kesabaran. Organisasi SIWALIMA-UNHAS tempat belajar, bersaudara dan berjuang bagi pemanifestasian universalitas Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar